PULAU BORNEO


Pangkoh 2 adalah sebuah nama wilayah pembagian oleh pemerintah berwenang pada saat itu untuk para transmigran. Disitulah saya dilahirkan, Pangkoh 2 Blok B. Entah apa sebabnya, wilayah itu kini sudah kembali lagi menjadi hutan belantara, bisa jadi akhir-akhir ini sudah dibuka sebagai ladang sawit. Wilayah itu ditutup kembali oleh pemerintah pada tahun 1986-87, dengan alasan kadar asam pada lahan gambut di wilayah itu terlalu tinggi yaitu ±50cm. Hal itu baru saya tahu saat menginjak SLTP, tanah kelahiran tercinta tertutup kembali. Sejak ditutup, banyak masyarakat yang mengikuti pemerintah untuk pindah ke Pangkoh 9, Pandih Batu, Kapuas, meski tidak jarang yang kembali ke Pulau Jawa (daerah asal transmigran) dengan alasan kapok untuk berjuang lagi menaklukan lahan gambut dijadikan pertanian.

Tahun 1992 bisa dikatakan sebagai permulaan berkembangnya seluruh aspek kehidupan dengan masuknya listrik. Berawal dari situ, saya sering mengamati aspek umum dalam masyarakat di desa saya yaitu Pangkoh Sembilan, Pulang Pisau, Kalimantan Tengah terhitung mulai tahun 1997. Berangkat dari tahun 2000 saya hanya dapat mengamatinya dari kejauhan karena harus melanjutkan studi di Pulau Jawa. Dalam kurang lebih satu bulan setahun sekali saya baru dapat melanjutkan pandangan saya tentang perkembangan apapun, bersamaan dengan saya mudik ke daerah asal.

Pada tahun 2004 awal, saya masih bisa menikmati transpoprtasi air seperti spitbut dan longbut seperti masyarakat sekitar menyebutnya. Namun pada tahun 2008, saya harus menggunakan alat transportasi darat untuk bisa sampai di kota. Sekitar pada tahun 2000an, kini, setelah adanya pemekaran wilayah, Pangkoh yang tadinya merupakan wilayah administratif Kabupaten Kapuas, kini masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Pulang Pisau.

Siapa sangka bahwa Bumi Kalimantan kini telah menjadi legenda tersendiri bagi Suku Dayak dan para Transmigran. Sejak 2002, Seluruh Propinsi di Borneo telah tersambung oleh jalur darat, Trans Kalimantan. Ya, sejak itu transportasi darat mulai beroperasi. Mulai dari Kalimantan Selatan, Barat, Timur, Tengah bahkan sampai Negara tetangga Malaysia (yang di pulau kalimantan) dan Brunei Darussalam kini bisa ditempuh menggunakan alat transportasi darat.

Meski tidak semua lantas menjadi baik, efek yang kurang menguntungkan tentu dirasakan oleh siapapun yang pada saat sebelum tersambungnya Trans Kalimantan menggantungkan hidupnya pada mata pencahariannya dengan pemanfaatan yang baik pada Transportasi Air. Oleh karena, terlihat dari tidak beroperasinya (seperti; longbut, spitbut, bisair, dll) pada tahun 2004 atau dua tahun sejak tersambungnya Trans Kalimantan. Sedangkan, transportasi air pribadi (seperti; klotok, jukung, alkon, dll) masih terlihat digunakan oleh masyarakat meski intensitasnya menurun. Hal itu tidak sengaja teramati oleh saya di desa saya sendiri.

...............................

0 comments:

Visitor Traffick

Locations of visitors to this page
   

ShoutMix chat widget